Selasa, 10 Januari 2012

Membangun koperasi yang sehat

SALAH satu kiat yang dicanangkan pemerintah untuk mensejahterakan  masyarakat pada tingkat ekonomi menengah ke bawah  adalah lewat pembentukkan dan pendirian koperasi. Hadirnya koperasi di tengah masyarakat diharapkan mampu membangkitkan semangat wirausaha yang tangguh dan mandiri untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan.

Buktinya, hampir disetiap kabupaten di wilayah Propinsi Kepulauan Bangka û Belitung telah berdiri koperasi-koperasi. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap UMKM dapat dikatakan sudah maksimal. Koperasi yang dikelolah dengan baik dan disiplin akan mampu mengurangi kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Koperasi yang eksist dan terus berkembang mampu menjadi peluang peningkatan taraf hidup anggota.

Pertanyaan sekarang adalah apakah koperasi-koperasi yang telah dimulai, dengan modal yang tidak sedikit yang dikucurkan pemerintah, berjalan dengan baik dan mencapai tujuan dan target yang diharapkan? Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Karena dari sejumlah koperasi yang dibangun, ada yang sehat, ada yang sakit dan bahkan mati.

Misalnya saja, di Pangkalpinang, sampai dengan Maret 2011 terdapat 201 koperasi. Dari jumlah itu terdapat 58 koperasi yang tidak aktif dan 143 koperasi aktif (Bangka Pos, 28 Mei 2011). 

Apa akar permasalahan utama sehingga koperasi-koperasi tersebut mengalami krisis dan bahkan sampai mati? Apakah hanya karena koperasi tersebut tidak menjalankan Rapat Akhir Tahun (RAT) sehingga menjadi tidak aktif?, Ataukah pembentukkan koperasi hanya karena ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah? Ataukah ada penyebab lainnya?

Pertanyaan kritis dan reflektif lebih lanjut, mungkinkah ada masalah mendasar yang belum terkuak yang menjadi biang ketidakaktifan sebuah koperasi? Apakah sasaran sejumlah pertanyaan untuk menemukan sebab musabab ketidakaktifan sebuah lembaga koperasi hanya ditujukan kepada lembaga koperasi, para pengurus atau anggota koperasi yang bersangkutan?

Mungkin sudah saatnya kita melihat kegagalan sebuah koperasi untuk berkembang dan eksis secara komprehensif. Semua elemen yang terlibat, mulai dari penggagas, pengurus, pelaku, dan sistem yang digunakan harus dianalisa. Dengan demikian, kita dapat menemukan pada level mana penyebab itu ditempatkan.

Untuk menemukan pada tingkat mana sebuah koperasi mengalami kamandegkan, kita harus melihat pilar-pilar yang dibutuhkan untuk membangun sebuah koperasi yang sejati.

Pilar-pilar Koperasi

Apabila sasaran utama dari pendirian sebuah koperasi adalah untuk mensejahterakan anggota, maka cara pandang dari pelaku koperasi yakni pribadi-pribadi dan cara berpikirnya yang harus dibangun terlebih dahulu. Cara berpikir dari para pelaku koperasi yang menjadi pilar ketahanan, mulai dari pengurus sampai anggota, semestinya ditanam dahulu.

Sistem yang dirancang dan peraturan yang disepakati dengan sendiri akan terlaksana dengan baik, kalau sudah terbangun pilar yang menjadi kekuatan pergerakkan koperasi. Pilar-pilar koperasi yang harus ditanam pada setiap anggota, antara lain :

Pertama, pendidikan anggota. Sebuah koperasi akan menjadi sehat kalau dimulai dengan pendidikan, berkembang melalui pendidikan, dikontrol melalui pendidikan dan bergantung pada pendidikan. Lewat pendidikan, pemikiran dan pemahaman para anggota dibongkar untuk melihat peluang-peluang yang bisa dikembangkan.

Proses pendidikan yang terus menerus akan membuka ruang gerak kepada setiap anggota untuk berinovasi. Dengan adanya fondasi pendidikan yang baik, pergerakkan perputaran modal di antara para anggota lewat peminjaman dan pengembalian menjadi lancar dan berdayaguna.

Kedua, prinsip keswadayaan. Para anggota dari sebuah koperasi harus pamaham filosofi dasar dalam mengembangkan koperasi adalah dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Hal ini mengindikasihkan bahwa sumber dana dari sebuah lembaga koperasi berasal dari anggota, dikembangkan oleh anggota dan diperuntukkan bagi anggota.

Sumbangan atau bantuan dana dari pihak lain, misalnya donatur tertentu atau suntikan dana dari pemerintah, hanya stimulus dan bukannya utama. Mental menunggu dan hanya siap menerima hendaknya dikesampingkan. Sumber dana utama yang menjadi modal anggota koperasi adalah berasal dari anggota.
Ketiga, semangat solidaritas. Asas manfaat yang harus dibangun dan menjadi karakter setiap anggota koperasi adalah,”anda susah saya bantu dan saya susah anda bantu”. Apabila setiap anggota koperasi memiliki karakter atau watak yang demikian akan menutup kemungkinan dan peluang bagi segelintir orang memanfaatkan lembaga koperasi untuk kepentingan diri sendiri.

 Semangat solidaritatif (kesetiakawanan) yang terbangun secara intens pada pribadi setiap anggota koperasi akan melahirkan sense of belonging (rasa memiliki). Semangat kesetiakawanan, baik antar anggota koperasi,  antar pengurus maupun anggota dengan pengurus yang terbatinkan, dapat menjadi kunci perekat keberlangsungan sebuah lembaga koperasi.

Ketiga pilar koperasi ini tidak hanya sebatas wacana, melainkan realitas yang harus dibangun oleh penggiat dan pelaksana koperasi. Sebuah koperasi akan tetap sehat dan aktif berkembang kalau dibangun di atas ketiga pilar di atas, yakni pendidikan, swadaya dan solidaritas.

Sebuah lembaga koperasi, apabila dimulai dengan pendidikan, dikembangkan melalui keswadayaan dan dijalankan dengan semangat solidaritas, diyakini semua komponen akan terlibat secara penuh dan ikut bertanggungjawab. Karena semua akan merasa memiliki dan berusaha semampu mereka untuk mengembangkannya. 

Kekuatan tiga pilar ini dapat meminimalisir hal yang tidak diinginkan, yakni kematian sebuah lembaga koperasi yang dibangun untuk kesejahteraan semua anggotanya. Maka, semua komponen, mulai dari penggagas dan pelaksana serta sistem kerja yang diterapkan pada sebuah koperasi, kalau memiliki dan membatinkan ketiga pilar ini, akan terus berkembang.

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus